QUOTE OF THE DAY

Bermimpilah karena itu yang membuat kita hidup

Jumat, 14 September 2012

Setiap Langkah Adalah Anugerah


"SETIAP LANGKAH adalah ANUGERAH"

Suatu saat saya bertemu dengan teman lama, yaitu RALPH. Dia menjemput saya di bandara.
Ketika berada di bandara, Ralph sering menghilang. Ada saja yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita   tua yang kopernya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat             Sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Namun ia selalu kembali kepada saya dengan senyum lebar.
Waktu dalam mobil kami ngobrol:
"Dari mana Anda belajar melakukan semuanya ini?" tanya saya.
"Melakukan apa?" tanya Ralph.
"Dari mana Anda belajar bersikap seperti ini?" desak saya.
"Oh," kata Ralph, "selama perang... Saya kira perang telah mengajari saya banyak hal."
Lalu ia bercerita sewaktu ditugaskan di Vietnam ia dan timnya bertugas membersihkan ladang ranjau dan harus menyaksikan satu per satu teman-temannya tewas terkena ledakan ranjau.
"Saya belajar untuk hidup di antara pijakan ranjau setiap langkah," katanya.
"Tegang di setiap langkah, saya tidak tahu apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir bagi saya. 
Yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat kaki dengan aman adalah mensyukuri langkah sebelumnya.
Saya kira sejak itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, anugerah baru, dan kesempatan baru.

KEMULIAAN HIDUP tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.
NILAI MANUSIA tidak ditentukan bagaimana cara ia mati, tapi bagaimana cara ia hidup.
KEKAYAAN MANUSIA bukan apa yang ia telah peroleh, tapi apa yang ia telah berikan.
Selamat menikmati setiap langkah hidup Anda.... Ingat, setiap langkah kita adalah ANUGERAH.  Selamat ,  pagi , Selamat Melangkah dengan SEMANGAT dan SENYUMAN:D , Semoga Tuhan selalu memberkati setiap LANGKAH dalam hidup kita , Amien !!!

Rabu, 02 Februari 2011

Suatu Siang di Warteg

Hari ini Selasa 1 Februari 2011.

Gua biasa makan siang di warteg deket kantor. Lokasinya agak ngumpet memang di sebuah gang. Jalan yang sempit diantar perumahan sering dilalui oleh lalulalang sepedea motor penghuni. Hawa panas yang kadang membuat sangat gerah karena beratap seng tidak membuat pelanggannya berkurang. Berbagai menu dijajakan disana. Warteg dengan menu rumahan, ada pula chinese food dengan tukang masak orang klaten yang selalu berkeringat tak tertahan yang bukan tidak mungkin menetes di asakan yang sedang dia buat. tapi gua pikir itu yang bikin nikmat ya.

Tapi yang ingin saya ceritakan sebenernya bukan menu dan kenikmatan makanannya. Siang ini gua justru melihat sebuah kejutan. Setelah saya mengambil nasi dengan lauk pecel, telor asin dan ikan cue, sebagai menu favorit saya yang harganya cuma Rp 12.000,- sudah termasuk teh tawar panas, gua duduk di salah satu pojok favorit saya karena kebetulan sudah lewat jam makan siang sekitar pukul 1, mata gua tertuju pada keasikan 2 orang yang mungkin sekedar berteman atau dua sahabat atau mungkin sekedar 2 orang yang kebetulan sekantor dan mengajak makan siang bersama.

Seorang diantara mereka menggunakan kemeja lengan panjang, cukup rapi dengan rambut cepat, sementara seorang lainnya dengan kemeja lengan pendek celana jeans. Makan apa, salah satu dari mereka menanyakan kepada yang lain. Warteg aja lah! OK jawabnya. Si pria berlengan pendek kemudian sibuk mengambil nasi dan beberapa lauk dan sayur, sementara pria berlengan panjang tadi duduk saja mungkin sedang berpikir mau makan apa ya. Sekembalinya si pria berlengan pendek ini barulah dia bangkit berdiri, mengambil nasi yang cukup banyak, dan saya perhatikan ada banyak lauk yang diambil tapi ternyata.......................... dengan nasi yang begitu banyak dia hanya mengambil kuah dari beberapa lauk yang ada disitu!!! lalu duduk.

Tak lama kemudian dia berdiri kembali, untuk apa? kembali untuk mengambil kuah lagi dan sebutir telur asin. Kejadian mengambil kuah ini berulang sampai tidak ada 1 butir nasi pun yang tertinggal di piringnya.

Saat bayar, saya justru kembali dikejutkan oleh si pembayar yang ternyata pria berlengan panjang.

Masih ada orang seperti dia di Jakarta.

Mungkin sebuah janji sudah diucapkan oleh dia, mungkin sebuah keprihatinan juga, dan mungkin-mungkin yang lain ada dalam benak saya untuk bertanya kenapa harus dia yang bayar.

Rabu, 28 Mei 2008

Kisah Tukang Kayu

Tersebutlah seorang tukang kayu yang sehari2nya menghabiskan waktunya di dunia perkayuan. Satu saat aktivitasnya terhenti karena ada begitu banyak masalah yang menderanya. Singkatnya si Tukang Kayu ini kemudian mencari orang yang mau dan mampu membayar hasil kerjanya. Bertemulah dia dengan seorang saudagar yang memiliki perkebunan dengan pohon2 yang siap di tebang. Pada hari pertama dengan Goloknya dia mampu menebang cukup banyak pohon namun sayangnya di hari2 berikutnya dia hanya mampu menebang hanya sedikit pohon.

Apa yang dialaminya ?

Frustasi, merasa bersalah dan berbagai pikiran negatif muncul di benaknya, akhirnya datanglah si empunya perkebunan ini dan hanya satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya setelah dia mendengarkan segala keluh kesah tukang kayu ini, " Kapan terakhir Anda mengasah golok Anda".

Banyak dari kita juga mungkin berperilaku sama dengan si Tukang Kayu ini, dengan segala kelebihan kita, kemudian kita menjadi sibuk dan meluangkan waktu untuk satu hal kecil ini (mungkin) mengasah "Golok" kita, sehingga sering kita mengalami hal yg sama dengan si Tukang Kayu, merasa bersalah, frustasi dan down.

1 Jam sehari untuk menambah ilmu, memperbaharui informasi merupakan bagian dari cara kita mengasah "Golok" yang kita punya.

Browsing di area Hot Spot free atau berbayar juga salah satu caranya kok.